Nabi Muhammad saw dan Siti Khadijah adalah pasangan hidup yang menjadi uswatun khasanah bagi umat manusia, karena beliau adalah Nabi terakhir yang diangkat oleh Allah SWT untuk membimbing dan menyelamatkan kehidupan manusia hingga akhir zaman, Muhammad dan Siti Khatijah, sepasang suami istri yang ini lain lagi, meskipun bukan Nabi tapi mereka pengikut setia, dan senantiasa mengamalkan ajaran-ajaran Rasulullah. Nama lengkapnya Muhammad Munir, seorang mantan Guru Pendidikan Agama Islam di wilayah Prambanan, yang tinggal di sebuah dusun, kurang lebih 5 Km disebelah selatan Candi Prambanan. Tepatnya di dusun Dinginan, Sumberharja, Prambanan.
Muhammad Munir beristrikan Siti Khatijah,BA keduanya adalah Guru Agama Islam. Ibu Siti KhotijahBA bertugas di TK Nurul Huda Serut, Kabupaten Gunung Kidul 7 tahun lagi akan menjalani pensiun
Keluarga Muhammad Munir, termasuk keluarga yang bahagia, meskipun mereka hidup bersahaja. Putra-Putri ada 5 orang terdiri dari 3 laki-laki dan 2 orang perempuan Mereka adalah 1. Nur Hidayati ( Sudah berkeluarga berputra 1), 2. Nur Sidig Arianto ( berkeluarga putra 1 anggota TNI AU tinggal di Halim, Jakarta ), 3. Isnaini Herawati ( Kerja di sebuah LPK),4. Khoiruddin Wahyu Antoro ( masih Kuliah di UNY ), 5 Andi Rusdiyanto (anggota TNI AU di Bandung )
Keluarga Munir, khususnya yang laki-laki semua gemar berolahraga terutama badminton, jiwa sportifitasnya kuat, punya dedikasi tinggi dan memiliki tekad yang bulat dalam meraih cita-citanya tapi mereka bersifat rendah hati. Si bungsu Andi mencapai prestasi tertinggi dalam pendidikan di TNI AU, ketika diwisuda menjadi anggota TNI AU. Ini hasil tempaan Pak Munir, telah dapat dirasakan manfaatnnya. Motto kehidupan keluarga Pak Munir “ Jadikanlah dirimu bermanfaat bagi kehidupan ini “ Pada bulan Ramadhon, beliau sering memanfaatkan sebagian produksi sapi perahnya untuk ta’jilan agar tetangga kiri kanan dapat pula ikut merasakan betapa segar dan nikmatnya susu perah produksinya.
Rumah tangga Pak Munir dibangun sejak tahun 1976, pada saat ini telah berjalan selama 27 Tahun senantiasa rukun-rukun saja, mereka saling menyayangi, bahu membahu, berbagi suka dan duka dalam kebersamaan.Kuliahpun dalam rangka meningkatkan ilmu dan pengetahuan, mereka saling memberi kesempatan. Bu Munir pernah kulah di UNCOK, sampai sarjana muda, Pak Munir juga, tetapi terpaksa berhenti ditengah jalan karena terbentur biaya, akhirnya Pak Munir memilih kursus tehnik elektronika. Dari hasil kursusnuya itu kini beliau mempunyai keahlian elektronika dan dapat digunakan untuk membantu memperbaiki TV, Radio dll milik tetangga maupun siapa saja yang berkenan minta tolong kepadanya. Ini tentu saja, merupakan tambahan penghasilan keluarga meskipun tidak seberapa, tapi memiliki nilai dan kepuasan tersendiri. Dengan demikian merasakan manfaat ilmu yang dimiliki untuk berbakti sesuai dengan motto kehidupannya “Hidup Bermanfaat “
Mereka mempunyai raket rusakpun Pak Munir sanggup dan bersedia membantu memperbaikinya. Banyak kenalan, tetangga, teman sanak saudara datang membawa raket rusak kembali dalam keadaan baik, dapat digunakan lagi karena jasa tangan trampil Pak Munir agar kehidupannnya lebih bermanfaat.
Banyak hal yang dilakukan oleh Pak Munir dalam melaksanakan darma baktinya dalam kehidupannya, semua dilakukan dengan ikhlas dan berkualitas, pantaslah Allah memberikan rezeki kepada keluarga Pak Munir karena jerih payah tersebut.
Jiwa wiraswasta ada pada dirinya, meskipun suami istri sudah punya penghasilan tetap sebagai PNS golongannya pun cukup tinggi, namun tetap saja mau berusaha lain, manfaatkan waktu-waktu diluar jam dinasnya untuk berkarya. Itu semua di jalani dengan senang hati, sehingga tidak terasa membebani bahkan menjadi semacam hobi, inilah sisi-sisi kebahagiaan yang dirasakan sebagai seorang hamba Allah yang merasa mempunyai hak untuk menikmati, indah dan lezatnya hidup di dunia. Lebih-lebih ketika berada dilapangan badminton, apalagi beliau mewakili organisasi atau intansi untuk menggapai prestasi, beliau melakukan dengan sungguh-sungguh sehingga tidak sedikit prestasi olah raga yang telah diraihnya. Ini merupakan kebangggaan tersendiri dalam hidupnya.
Pak Munir juga menyadari, bahwa kehidupan manusia itu terbatas. Terbatas kemampuan, terbatas usia. Dalam kesadaran akan segala keterbatasan itu, dia menggantungkan harapan kepada sang Kholiq. Dengan semboyan bekerja dan berdo’a, beliau tak pernah kendur semangatnya untuk selalu berusaha dan berbuat sesuatu yang baik, hanya mengaharapkan ridlo Allah, agar hidupnya dilindungi oleh Allah. Istrinya, anak-anaknya, keluarganya, amal-amalnya hartanya dari kemurkaan Allah. Tak terbersit sedikitpun dalam hatinya untuk menyimpang dari jalam kebenaran, apalagi berbuat sesuatu yang merugikan orang lain, itu menjadi pantangannya.
Pernah pada suatu saat beliau ingin menunaikan ibadah haji bersama istri. Biaya telah dipersiapkan sejak lama. Tapi Tuhan menghendaki lain, bersama dengan akan berangkaynya beliau untuk menunaikan ibadah haji, ada kebutuhan keluarga yang tak dapat ditunda, anaknya diterima dalam pekerjaan, ada juga yang masuk kuliah di perguruan tinggi, terpaksa keberangkatan Pak Munir di batalkan, sedang Bu Munir dipersilakan berangkat didampingi oleh keluarga yang lain.
Hal ini tidak menjadikan Pak Munir bersedih, bahkan beliau kona’ah mungkin ada hikmahnya. Beliaupun menerima keadaan itu dengan ikhlas, terus berusaha dan tetap mempunyai keinginan pada suatu saat nanti akan dapat menunaikan ibadah haji. Ternyata se pulang Istri dari ibadah haji, masih mempunyai sisa uang dan oleh sang istri diserahkan kepada pak Munir untuk bekal kelak menunaikan ibadah haji. Pak Munir pun sanggup dan uang itu segera digunakan untuk membeli tambahan sapi perah,agar dapat berkembang.
Semenjak istri kembali dari makkah, lembu-lembu piaraannya semakin bagus, susu perahnya semakin banyak didapatkan, jumlah sapipun bertambah pula. Kini beliau masih memiliki 8 ekor sapi, sedang yang sudah dijual untuk bermacam-macam keperluan keluarga ada kalau 12 ekor saja ( demikian menurut pernyataan bu Munir )
Usaha produksi susu perah yang dikerjakan oleh Pak Munir ini adalah usaha sambilan. karena belaiu mempunyai tugas di dinas sebagai seorang guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar. Usaha ini tidak mengurangi tugasnya sebagai seorang guru, dijalani sebelum dan sesudah tugas mengajar. Pak Munir guru yang rajin, tak melalaikan tugasnya, bahkan dapat dijadikan panutan
Inilah sosok seorang pegawai negeri yang berjiwa wiraswasta, dapat melakukan kegiatan usaha tanpa menggangu tugas dinasnya.
Setiap hari rata-rata beliau dapat memproduksi 10 Liter susu murni, perasan pagi dan sore. Jika harga pada saat ini harga susu murni Rp 2.000,- per liter, maka tiap hari beliau mendapat tambahan penghasilan Rp 20.000,-. Meskipun tidak terlalu besar tapi cukup untuk menambah income keluarga
Menurut beliau memelihara sapi perah tidak sulit, asal pemeliharaan dilakukan secara rutin, menjaga menu makanan secara teratur, sapinya sehat produksinya banyak dan lancar. Tentu saja jangan lupa bekerja sambil berdo’a
Tentang pemasaran hasil produksinya tidak ada kesulitan, bahkan banyak pesanan, pembeli datang sendiri. Jika pada suatu saat terpaksa harus dijual ke pasar, itupun banyak yang bersedia membelinya
Dalam dunia koperasi, dismping beliau adalah anggota KPRI KIPAS , beliau juga mendirikan paguyuban pemelihara sapi. Meskipun karena penyelewengan pengurusnya, paguyuban ini tersendat-sendat jalannya, itu tidak menjadi sebab mundurnya beliau dari paguyuban, beliau tetap mengajak teman-temannya untuk meneruskan usaha tersebut
Pak Munir memang sosok yang sederhana, tapi teguh didalam memegang prinsip-prinsip ajaran agama. Beliau tidak mau merugikan orang lain, gemar amar mak ruf nahi mungkar, suka menolong orang lain yang membutuhkan dan rajin bekerja menciptakan kemakmuran dalam kehidupan.
Inilah sekedar gamabaran sosok wira usaha, yang memahami arti kehidupan ini sebagai tempat dan kesempatan unrtuk berbakti baik dalam kegiatan ibadah khusus maupun dalam hidup bermasyarakat.
Kini beliau telah memasuki masa pensiun, mulai tanggal 6 Agustus tahun 2003. Beliau telah mengambil harta simpanannya di KPRI KIPAS sebanyak
- Pengembalian Simpanan Rp 1.621.100,-
- Santunan Pensiun Rp 626.600,-+
Jumlah Rp 2.247.700,-
Meskipun tidak begitu besar, tapi cukuplah untuk menambah modal pengembangan usaha susu perahnya. Semoga Allah SWT memberkatiNya
Selasa, 26 Agustus 2008
HIdup Berhemat
Diposting oleh KPRI KIPAS di 04.41 0 komentar
Label: Hemat
JADIKANLAH HIDUPMU BAGAIKAN SEORANG MUSAFIR DAN KELAK AKAN KEMBALI KE TEMPAT ASALMU
Perjalanan hidup seseorang adalah suatu takdir yang harus dilalui. Tiada kehidupan ini tanpa kesulitan, begitu pula tiada kesulitan yang tak berakhir. Yang pasti, antara kesenangan dan kesusahaan, kenikmatan dan penderitaan, kesulitan dan kemudahan akan senantiasa silih berganti menghiasi kehidupan ini oleh siapapun. Tak terkecuali oleh diriku sendiri.
Kita memang tidak tahu suratan nasib kita. Tapi membangun masa depan dengan optimisme dapat memotivasi diri untuk lebih berarti dalam hidup ini. Kesadaran akan makna kehidupan yang harus diisi dengan segala sesuatu yang bermanfaat dan panggilan rasa tanggungjawab terhadap diri sendiri dapat mendorong seseorang menemukan jati dirinya tentang arti hidup atau hakekat kehidupan. Oleh karena itu agama Islam mengajarkan “ Dia akan mendapatkan dari apa yang ia usahakan dan dia tidak akan mendapat apa-apa tanpa mau berbuat sesuatu .
Firman Allah :
Artinya
Ia mendapat pahala (dari kebajikan ) yang diusahakannya dan Ia mendapat siksa ( dari kejahatan ) yang dikerjakannya (Q:2:286)
ternyata juga diungkapkan oleh seorang filosof Barat bernama Satre “ Man Is Nothing else but what he maker of himself “ yang diterjemahkan secara bebas bahwa “ seseorang itu bukanlah orang lain tapi ia adalah apa yang ia perbuat dari dirinya sendiri “ Dari kata filsafah dan makna ayat Al Qur’an tadi, kita dapat memetik tuntunan bahwa kita harus berbuat sesuatu agar hidup kita ini bermakna. Tentu saja sebagai seorang muslim setiap perbuatan yang kita lakukan dilaksanakan dengan iklas dan semata-mata mencari dan untuk mendapatkan ridlo Allah Swt.
Saya anak seorang guru mengaji, kebetulan dilahirkan disebuah desa yang jauh dari pengaruh kehidupan kota. Orang tua kami, keluarga petani bersahaja dengan tanah garapan yang tak seberapa luasnya, tempat kami bergulat dengan penderitaan dan kesederhanaan. Hasil pernikahan kedua orang tua kami menlahirkan 5 orang putra. 2 laki-laki dan 3 wanita. Saya anak kedua bernama Ahmad ( bukan nama sebenarnya ).
Perjalanan hidup saya tidak ada yang istimewa. Biasa-biasa saja. Sejak berusia 13 tahun saya terpaksa harus berhenti sekolah karena berkelahi dan dikeluarkan. Selama 3 tahun saya masih berusaha bertahan dikampung halaman . Pada tahun 1996 saya bertekad mengembara ke Yogyakarta waktu itu usiaku sekitar 16 tahun.
Kedatangan saya dikota Pelajar ini langsung mondok dikrapyak. Pada waktu itu saya masih dibiayai oleh orang tua , meskipun biaya tersebut sangat tidak mencukupi. Untuk menutup kekurangan biaya, saya bekerja apa saja sambil mondok, antara lain menarik becak, berjualan telur, ikut laden tukang, ikut jualan buah-buahan, ikut memetik padi di sawah, pokoknya asal mendapat uang sekedar menutup kebutuhan kehidupan sehari-hari seorang perantau.
Pada tahun 1980 saya diterima kuliah di IAIN Sunan KaliJaga Yogyakarta. Pada suatu saat, aku duduk di tangga masjid IAIN , sambil memperhatikan mahasiswa dan mahasiswi asik bercanda, tertawa ceria. Seakan hidup mereka tanpa beban permasalahan. Aku merasa iri kepada mereka, betapa bahagia dalam hidup ini, sedang aku sendiri dalam keadaan yang kalut, jauh dari orang tua, meskipun ada kiriman dari orang tua, tidak cukup untuk kost dan biaya kuliah. Aku termenung sejenak, terasa kesendirianku membangkitkan semangat untuk mengatasi semua persoalan hidup ini dengan karya-karyaku, jika aku tidak ingin hidup terlantar atau mati terdampar.
Aku tersentak, ketika dari jauh terdengar sayup-sayup suara adzhan Ashar .Saat itu aku yakin Tuhan pasti memberi jalan bagi hambanya yang betul betul berusaha untuk merubah nasibnya. Kutunggu lama, belum juga ada adzan di Masjid IAIN. Tanpa pikir panjang aku segera ambil air wudlu dan azhan. Mungkin karena pikiran yang sedang kacau, begitu pula hatiku sedang sedih, suara adzan ku terpengaruh . lengkingan suaraku seakan –akan jeritan kepilauan hati, yang mendambakan pertolongan, merasuk kedalam relung-relung kalbu pendengarnya, menimbulkan rasa simpati yang mendalam. Ternyata salah seorang dosen IAIN yang kebetulan pengurus takmir, langsung mencari dan menemui saya. Beliau menawarkan tugas untuk menjadi Mu’adzin kepada saya dan diharapkan mau tinggal di komplek masjid. Pucuk dicinta ulam tiba. Tentu saja tawaran itu langsung aku terima. Dengan mengucap syukur saya terima tawaran dengan segala senang hati.
Mulai saat itu beban saya mulai berkurang. Tempat kost gratis makan disediakan, bahkan sekali waktu masih dikasih honor. Alhamdulillah didikan adzan oleh orang tua saya telah menolong diri saya dari sebagian beban kehidupan yang terasa menghimpit waktu itu
Masjid, awal dari kemandirianku
Keberadaanku di Masjid IAIN Merupakan awal perjuangan hidup kemandirianku terutama dalam mempersiapkan kehidupan yang lebih mapan. Kebetulan tugas yang diberikan kepada aku sebagai muadzin, saat itu menjelang puasa. Dalam bulan puasa, buka dan sahur ada yang menyediakan, dengan demikian sementara masalah makan dan tempat tinggal tak merupakan persoalan. Karena dalam bulan puasa banyak jamaah yang berdatangan, Saya mulaimerintis usaha menjual buku-buku agama, ternyata hasilnya lumayan, bahkan takmir masjid berinisiatif membuka bursa buku dan saya diberi tugas sebagai pengelolanya. Toko buku itu saya kembangkan untuk menerima ketikan dan terjemahan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dan dari hasil jerih payah inilah saya saya bisa meneruskan kuliah..
Selama tinggal dimasjid saya banyak bergaul dengan berbagai kalangan terutama dosen, pejabat dan pemuka agama. Diantara mereka ada yang sangat terkesan dihati saya, bahkan banyak memberi dorongan pada diri saya agar hidup saya ini lebih bermanfaat.
Pada suatu hari saya diberi tugas menjemput dan mengantar bapak Prof Dr. Syafii Maarif dengan mobil IAIN untuk berceramah tarwih di masjid IAIN . Pulangnya beliau memberi amplop yang diterima dari pengurus takmir kepada saya dan sekaligus saya diajak mampir ke Rumah Makan Padang. Peristiwa ini betul-betul sangat membahagiakan saya, betapa baik hati seorang pimpinan yang yang merakyat, bukan karena pemberian semata-mata tapi kerendahan hati dan keluhuran jiwanya yang membanggakan , mudah-mudahan beliau di rahmati Allah. Amin.
Bahkan keberadaan saya di Masid IAIN itulah yang mempertemukan saya dengan calon ibunya anak saya. Tatkala saya dipercaya mengelola toko buku, Terpaut hati ini dengan salah satu mahasiswa yang rajin datang di toko buku itu. Hubungan kamipun semakin dekat, bahkan kami bertekad untuk kelak akan membangun rumah tangga bersama jika kami telah menyelesaikan studi. Tahun 1984 saya berhasil mendapatkan ijazah Sarjana Muda. Tapi orang tua tidak sanggup lagi menanggung biaya kuliah, kiriman orang tua tiap bulan terputus, karena orang tua harus menanggung adik saya sekolah dan kuliah, oleh karena itu saya dilepas untuk bersikap mandiri, mau tidak mau, saya tentu tidak ingin mati konyol di kota besar. Saya harus mampu berbuat sesuatu untuk mencukupi kebutuhan saya sendiri untuk makan, pakaian, tempat tinggal bahkan biaya kuliah. Inilah saat-saat yang sangat kami rasakan betapa makna hidup itu sebagai suatu perjuangan yang penuh dengan tantangan, cobaan bahkan rintangan. Tapi semua itu saya hadapi dengan penuh ketabahan, kesabaran dan yawakal. Kami yakin Tuhan akan memberi jalan kepada hambaNya yang sudah berusaha semampu daya dan tenaga dengan tak lupa mohon pertolonganNya.
Bermula dari kegiatan pengetikan dan penterjemahan, saya mempunyai seorang langganan tetap . Orang Jawa mengatakan “Witing tresno jalaran soko kulino”. Begitulah, karena seringnya bertemu itu, hati kami terpadu, jalinan cinta kasih mulai bersemi dan tumbuh menjadi sebuah tekad yang bulat hasrat untuk membangun sebuah rumah tangga bersama. Akan tetapi proses hubungan kami ternyata penuh halangan dan rintangan. Orang tua calon pendamping hidupku tidak merestui hubungan kami. Kami pantang mundur, dengan segala ihtiar kami lalui, pendekatan kekeluargaan kami jalani dan atas kegigihan perjuangan kami menggapai hastrat, akhirnya calon mertua saya bisa merestui pernikahan kami. Hal itu masih dengan catatan tidak akan diberi bantuan finansial. Kami tetap bersyukur atas restu setengah hati itu, soal rezeki Tuhan yang mengatur. Dan akhirnya kami menikah pada tahun 1990.
Sebagai seorang perantau, ketika saya menjadi mahasiswa banyak mengisi kehidupan ini dengan berbagai kegiatan , baik kegiatan akademik, social dan keagamaan. Kami pernah berada di desa playen, Gunung kidul untuk melaksanakan KKN. Kegiatan ini kami isi dengan kegiatan agama, social, ekonomi dan budaya. Diantara kegiatan ekonomi kami membina kelompok ternakan lembu. Untuk persediaan makanan lembu kami anjurkan menanam rumput kolojono. Dari kegiatan ini saya sempat dipanggil oleh Asia Fondation atas usaha sebuah LSM di Jakarta untuk dididik di UI Jakarta selama 6 bulan tentang demografi. Kami juga merintis berdirinya sebuah masjid di tempat itu dan Alhamdullilah masjid tersebut sampai sekarang masih tegak berdiri dengan kokoh.
Sebagai seorang mahasiswa yang segala sesuatu kebutuhan harus menanggung sendiri, studi saya sedikit tersendat, maklum tidak dapat konsentrasi. Pada suatu saat saya dipanggil oleh bapak dekan fakultas adab Bapak Dr Nourroman Ash-shidqi Beliau meminta saya segera menyelesaikan kuliah, karena beliau sudah muak meliat tampang saya. sebab saya disamping sudah terlalu lama juga sering terlibat dalam demontrasi. Saya menyanggupi tapi saya mohon bantuan beliau membantu saya. saya diberi pinjaman mesin ketik brother dan uang Rp 15.000,- untuk photo copy. Akhirnya saya berhasil dalam pendadaran sebagai sarjana pada tahun 1988. Setelah saya lulus ujian, saya diminta mengikuti wisuda sebagai pelantikan secara resmi status saya sebagai sarjana IAIN.
Pada malam wisuda itu, saya bingung, pikiran saya menerawang masa depan, berbagai pertanyaan muncul, apa yang akan saya kerjakan setelah saya selesai studi jika saya pulang kampung disana saya akan kerja apa ? jika tetap di yogya apa yang akan saya lakukan ? Dalam kebingungan saya keluar. Saya berjalan kaki dari Masjid IAIN di demangan ke masjid besar Alun-alun Utara Yogyakarta. Sepanjang jalan saya membaca kalimat tahlil, tasbih, tahmid dan takbir.
Karena kekhusukan saya berdzikir, tak terasa diperjalanan, sampai saya dimasjid kauman tepat jam 02.00 WIB malam, saya berniat sholat malam di dalam masjid, tapi semua pintu masuk ke komplek Masjid terkunci, saya nekat meloncat pagar, berwudhu dan sholat malam. Tanpa saya sadari ternyata tingkah laku saya diawasi oleh para petugas ronda. Saya dicurigai sebab sat itu sedang panas-panasnya peristiwa ninja. Saya digelandang ke pos ronda dan di interograsi , untunglah salah satu dari orang yang bertkerumun ada yang mengenal saya, Selamatlah saya dari kecurigaan orang banyak. Saya dilepas, kemudian saya kembali lagi ke Masjid untuk msholat shubuh. Selesai Sholat sshubuh saya bergegas pulang ke Masjid IAIN karena hari itu akan wisuda. Dengan berlari-lari kecil akhirnya saya sampai di Masjid IAIN pukul 06.30 WIB pagi. Di kampus sudah banyak mahasiswa beserta keluarganya yang sudah siap merayakan peristiwa bersejarah itu., Saya pun dapat mengikuti prosesi wisuda meski tanpa kehadiran oleh satupun dari keluarga kecuali calon istri yang dengan setia menyambut hari kemenangan kami . Menang dalam perjuangan melawan nasib diperantauan.
Perjalan hidup ini panjang Insya Allah, perjuangan belum berakhir. Namun kami yakin suatu saat nantinya saya akan menghadap kehadiratNya. Jadikalah hidupmu sebagai seorang musafir, kelak akan kembali ke tempat asal, maka isilah saat kehidupan dengan
Diposting oleh KPRI KIPAS di 04.37 0 komentar
Label: Kelak
Mebel dan Ukir
1. Pengertian Sosok Wirausaha
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka disebutkan bahwa Sosok = bentuk, wujud atau rupa ; hal
Wirausaha= Wiraswasta= orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta , mengatur permodalan operasinya
Dari dua kata tersebut penulis mencoba merangkaikan dikaitkan dengan bidang usaha mebel dan ukir menjadi : Bentuk atau wujud dari orang yang berkecimpung di dalam permebelan mengenai cara menentukan produk baru, penyusunan operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
2. Sejarah Singkat
Penulis sebagai sosok yang menekuni bidang usaha aneka macam “ Mebel dan Ukir “ dengan spesialisasi bahan dasar dari kayu jati. Awal usaha mulai dirintis pada tahun 1988 dengan tenaga kerja dua orang, satu sebagai tukang kayu (tukang setel) dan yang lain sebagai tenaga finishing ( tukang plitur ). Keduanya diambilkan dari Jepara. Tempat usaha di Jalan Merapi No: 58 Sleman, tepatnya di Selatan alun – alun Kabupaten Sleman, tidak jauh dari Kantor Departemen Agama Sleman. Pada saat itu kebutuhan masyarakat akan mebel masih sangat sederhana dan belum banyak variasinya.
Seiring dengan perjalanan waktu, kebutuhan masyarakat akan mebel semakin bertambah, serta variasi model permintaan pasar semakin komplek. Menyebabkan dari tahun ke tahun kebutuhan tenaga semakin mendesak. Data terakhir jumlah tenaga kerja menjadi 30 orang. Mereka terbagi dalam tiga kelompok keahlian, kelompok ahli di bidang pertukangan, kelompok ahli di bidang finishing plitur dan kelompok ahli di bidang finishing melamine baik berupa melamin clear gloss maupun clear dop. Kecenderungan pembeli sekarang memilih kwalitas yang baik, dengan vanishing halus. Hal ini berarti ada indikasi pangsa pasar mebel sekarang cenderung memilih kwalitas menengah ke atas. Walaupun tidak menutup kemungkinan kelas sederhana masih sering juga dicari.
3. Strategis Mempertahankan Pasar
Sebagai seorang wirausaha di bidang mebel dan ukir berusaha untuk dapat melayani pembeli baru maupun pelanggan lama dengan sebaik – baiknya. Berusaha untuk menerima berbagai bentuk pesanan mebel baik keperluan kantor, sekolah maupun rumah tangga. Tidak jarang menerima pekerjaan dari gambar teknik, desain gambar dari majalah dalam negeri maupun luar negeri. Untuk mengantisipasi dari aneka ragamnya keinginan pasar ini, kami memberikan kebebasan kepada tenaga kerja khususnya di bidang produksi dengan kerja system lembur. Mulai bekerja pukul 06.00 sampai dengan 21.20, dengan perincian sebagai berikut :
Pukul 06.00 – 08.00 : lemburan pagi, dihitung dua jam.
Pukul 08.00 – 16.00 : dihitung kerja satu hari penuh, dengan selang waktu satu jam ( 12.00 – 13.00 ) untuk istirahat.
Pukul 16.00 – 21.20 : lembur malam, dihitung sama dengan sehari penuh. Jadi seorang yang bekerja mulai dari pukul 06.00 – 21.00 dihitung = kerja dua hari dan kelebihan (lembur dua jam). Hal ini sama – sama mendapatkan keuntungan, disatu sisi pekerjaan selesai tepat waktu, sedangkan pekerja mendapatkan hasil yang cukup.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mempertahankan pasar adalah kejujuran. Kejujuran dalam berwirausaha berdasarkan iman kepada Allah, bagi orang yang tidak beriman tentu akan merasa menderita kerugian besar. Karena kemungkinan keuntungannya akan berkurang. Bagi wirausaha, jujur itu lebih mudah menjalin hubungan dagang dengan fihak lain, tanpa harus menyediakan modal berlebihan. Sesama wirausaha akan mudah diajak kerja sama saling menguntungkan tanpa merasa tersaingi. Dengan syarat orang yang diajak kerja sama dapat dipercaya. Sebagaimana firman Allah swt : “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ( pada kita ) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya “.
( QS. 28:26 ). Dengan kejujuran ini pula seorang wirausaha akan mendapatkan keuntungan ganda, dalam usaha dan keuntungan kehidupan akherat kelak. Tanpa adanya kejujuran suatu usaha tidak akan bertahan lama.
4. Mencatat Hasil Transaksi
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya dalam berwirausaha (bermu’amalah ) selalu bekerja dengan disiplin. Artinya setiap transaksi yang dilakukan diikuti dengan pencatatan yang jelas. Sebagaimana firman Allah swt : “ Hai orang – orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar “. ( QS. 2:282 ). Mencatat / menulis di dalam transaksi ini mengandung implikasi yang luas, selain terhindar dari kekeliruan – kekeliruan, akan mudah diketahui volume penjualan serta jenis barang yang mudah laku. Sehingga pendapatan yang diperoleh dengan mudah diketahui.
Pendapatan seorang muslim pada dasarnya merupakan rizki dari Allah swt, perlu disyukuri dengan mengeluarkan zakat sesuai dengan kadar yang diperolehnya. Tanpa mengadakan pencatatan, seorang wirausaha tidak akan bisa tepat mengukur rizki yang diperoleh.Terlebih perjalanan bermu’malah telah berjalan satu tahun .Kadang-kadang kita merasa mengeluarkan zakat, tetapi baru sekedarnya sebagaian kecil dari kewajiban yang semstinya kita keluarkan jumlah yang seharusnya dikeluarkan belum mencerminkan melaksanakan perintah dari Allah swt. Sebaliknya dengan menagemen yang baik pendapatan dari manapun datangnya akan bisa dihitung baik secara mingguan, bulanan maupun tahunan. Dengan demikian kewajiban mengeluarkan zakat dapat dilakukan dengan tepat, rizki yang diperoleh tidak tercampur hak miliknya orang lain
Pada dasarnya kegiatan berwirausaha sangat berkaitan erat dengan perintah zakat sebagaimanan di firmankan Allah yang artinya. Allah swt menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Kebiasaan berbuat riba diganti dengan zakat. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah (QS.2:276). Apabila perintah zakat ini bisa dilaksanakan oleh seluruh umat Islam akan membawa pada pertumbuhan ekonomi yang penuh barokah. Sebagaimana dijelaskan oleh Sayed Syabiq dalam kitab fiqh as-Sunah: Dikatakan Zakat karena mengandung harapan barokah, mensucikan jiwa dan menumbuhkan dengan kebajikan, Sehingga zakat dapat diartikan dengan tumbuh, suci dan barokah ( an Nima’ wat said Agil, wal Barokah ). Menteri Agama Republik Indonesia Bapak Prof Dr.H. Said Agil Husin Al Munawar, MA pada Konferensi Internasional tentang Ekonomi Islam di Universitas Islam Indonesia pada tanggal 12 Oktober 2002 menjelaskan : Kitapun tidak boleh lupa bahwa zakat sebagai rukun Islam sangat erat kaitannya dengan ekonomi Demikian, semoga kita semua mendapat hidayah dan taufik dari Allah swt
Diposting oleh KPRI KIPAS di 04.35 0 komentar
Label: Ukir